Senin, 04 April 2011

Istimewanya Tenis Meja..!

Kelihatannya biasa, tapi tenis meja olahraga istimewa. Bisa
sebagai terapi tambahan, bisa pula memperbaiki kinerja kita dalam
kehidupan sehari-hari. Yang pasti tenis meja merupakan cabang olahraga
yang cukup efektif dalam menghasilkan keringat. Dr. Sadoso Sumosardjuno,
Sp.KO. menjelaskannya dalam tulisan berikut.
Dibandingkan dengan yang lainnya, tenis meja memiliki beberapa
keunggulan. Cabang olahraga ini mempunyai peran sangat penting dalam
bidang rehabilitasi. Ia merupakan terapi rekreasi yang tak ternilai
harganya untuk penyandang cacat fisik seperti polio, paraplegia,
hemiplegia, ampute (bagian badannya ada yang diamputasi), radang sendi,
dan lain-lain. Bahkan, pun untuk penderita penyakit mental. Karena itu,
dewasa ini di semua instansi perawatan penyakit mental negara-negara
maju, tenis meja digunakan sebagai olahraga untuk terapi tambahan.
Sebagai olahraga pendukung, permainan “tenis” di meja kecil ini bisa
pula membantu memantapkan kondisi untuk olahraga lain. Belum disebut
pula perannya yang sangat berarti untuk meredakan ketegangan atlet
olahraga lain saat musim kompetisi seperti atlet catur dan bridge.
Bahkan kalau Anda memiliki anggota keluarga yang sudah lanjut usia,
tenis meja juga bagus untuk mereka. Semua itu, oleh karena tenis meja
mempunyai pengaruh pemantapan kondisi.
Secara fisologis saja, olahraga ini sudah memberi keuntungan kepada para
pemainnya. Pada waktu melakukannya, segala penyimpangan masalah
kesehatan dan tekanan kehidupan sehari-hari akan berkurang. Dari
penelitian-penelitian tampak bahwa setelah berolahraga mereka menjadi
lebih segar bugar.
Jangan pula dikira, respons yang otomatis dan sangat cepat dalam
permainan tens meja tidak memberikan keuntungan dalam kehidupan
sehari-hari. Seorang atlet tenis meja cenderung memiliki reaksi lebih
cepat dalam keadaan gawat mendadak.
Paling Cepat
Sifat pingpong sangat individualistik. Pun ia merupakan cabang
olahraga yang ekspresif dan temperamental. Untung saja, karena bukan
tergolong olahraga kontak, cedera jarang terjadi.
Cedera akut, subakut, dan kronis terutama terjadi pada lengan yang
digunakan untuk main, dan tungkai atau kaki, meski yang terakhir ini
lebih jarang. Seperti halnya olahraga lain, sesekali jatuh dapat pula
terjadi.
Yang sering justru cedera ringan macam lepuh (blister) dan kejang.
Blister alias lepuh paling sering terjadi pada tangan dan jari yang
memegang bat, akibat tekanan langsung secara konstan. Namun, ukuran
sepatu yang kurang tepat atau kaus kaki yang melipat sehingga
menimbulkan gesekan terus menerus pada telapak kaki, juga bisa
menghasilkan lepuh pada kaki.
Kejang pada otot-otot bisa muncul karena kehilangan garam akibat
keringat mengucur berlebihan, terlalu panas, penggunaan otot berlebihan,
peregangan berlebihan, dan kelelahan berlebihan (over fatigue). Meski,
kejang bisa pula disebabkan oleh makanan atau gangguan peredaran darah
setempat pada bagian badan tertentu (misalnya sepatu terlalu sempit,
tali sepatu terlalu kencang, celana terlalu ketat, dll).
Cedera pada otot dan tendon timbul karena kerja otot yang keras.
Misalnya pada waktu melakukan stroke tajam, chop, atau lop. Para atlet
tenis meja sering mengalaminya pada gelang bahu, sekitarsiku, lengan
bawah, pergelangan tangan, atau pada tangan karena terus menerus
memegang bat dengan kencang.
Karena merupakan olahraga indoor, kita dapat memainkannya kapan saja,
bahkan di musim hujan. Sedangkan peralatannya relatif tidak terlalu
mahal lagi pula tak memerlukan ruangan terlalu luas. Luas lapangan
permainan yang sangat terbatas menuntut reaksi sangat cepat dalam
mengembalikan bola, sehingga cabang olahraga ini merupakan olahraga
paling cepat diantara olahraga permainan yang ada.
Uniknya, meski saat pertandingan atlet tenis meja memerlukan kemampuan
fisik luar biasa, pada permainan bukan pertandingan, siapapun baik pria
maupun wanita dengan berbagai tingkatan usia dan kondisi fisik, tetap
dapat menikmati olahraga ini.
Perlu refleks dan konsentrasi
Benar, cabang olahraga ini dibedakan atas tenis meja yang
dipertandingkan (kompetitif) dan yang tidak dipertandingkan
(non-kompetitif). Jelas saja, pada tenis meja non kompetitif persyaratan
fisik dan fisiologis jauh berbeda dari yang dipertandingkan.
Persyaratan terpenting adalah keterampilan yang neuromuskuler (saraf
otot) untuk memproleh kondisi refleks dan konsentrasi yang baik. Kedua
komponen tersebut boleh dikatakan merupakan persyaratan terpenting pada
tenis meja non-pertandingan.
Sebaliknya, pada tenis meja kompetitif atau yang dipertandingkan, kedua
hal itu saja jauh dari cukup. Diperlukan kecepatan yang hebat, kekuatan
memukul, dan endurance (daya tahan). Jadi selain tenaga, juga sangat
dibutuhkan daya tahan otot, jantung dan pernapasan.
Seorang atlet pingpong yang harus menjalani pertandingan juga harus
mampu lari 5 km agar bisa meraih dan mengembalikan bola yang kecepatan
maksimumnya bisa mencapai 125-140 km perjam. Memang benar, pencapaian
refleks dan konsentrasi yang terkondisi merupakan persyaratan utama pada
tenis meja kompetitif. Namun, kelincahan kaki, kecepatan, antisipasi,
koordinasi, dan taktik juga sangat penting.
Kondisi refleks atau refleks yang dimiliki pemain bukan diperoleh secara
genetis, karenanya pemain harus berlatih sejak awal. Apalagi kondisi
refleks akan melemah dengan berjalannya waktu. Makin kurang baik kondisi
refleksnya, makin cepat hilangnya. Ini menunjukkan, untuk memelihara
atau meningkatkan kondisi refleks diperlukan program latihan yang
konsisten dalam jangka waktu cukup lama. Maka dari itu untuk menjadi
pemain kompetitif, kita harus melakukan latihan terencana selama 4-5
tahun plus memiliki pengalaman pertandingan.
Umur paling baik untuk menjadi pemain tenis meja kompetitif pada pria
adalah 18-30 tahun dan pada wanita 16-26 tahun.
Barangkali perlu dicatat adanya sedikit perbedaan antara pria dan wanita
dalam respons fisiologis. Persisnya, dalam mengembangkan keterampilan
neuromuskuler untuk meningkatkan tenaga otot (terutama pada lengan yang
digunakan untuk main), daya tahan otot (pada lengan yang digunakan untuk
main dan kedua kaki), serta daya tahan jantung dan pernapasan. Ini
terjadi lantaran wanita sedikit lebih lemah.
Karena kebugaran fisik dan mental diperlukan dalam tenis meja
kompetitif, pemeriksaan klinis terhadap atlet-atlet tenis meja harus
betul-betul teliti. Selain pemeriksaan fisik lengkap, juga harus
dilakukan evaluasi terhadap metode latihan, pengaturan makan, keadaan
lingkungan, masalah usia, seks dan pekerjaan , serta pencegahan cedera.
Karena merupakan olahraga indoor, maka perlu diberikan perhatian pada
kondisi paru-paru. Artinya, secara periodik haruslah diadakan
pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan dengan sinar rontgen.
Juga karena permainan ini biasanya menggunakan sinar lampu, pemeriksaan
mata secara periodik pun sangat dianjurkan.
Nah, kalau semuanya beres, bersiaplah menjadi atlet tenis meja handal,
atau kalau bukan atlet, setidaknya pemain kehidupan yang lebih gesit dan
bugar berkat tenis meja.

1 komentar: